Buah Prokodok

BUAH PROKODOK

Suatu hari, Adi W. Gunawan, seorang pakar mind teknologi dan penulis buku Quantum life Transformation, dalam seminarnya melontarkan pertanyaan ke para peserta  yang memenuhi ballroom hotel Santika Jakarta, “Apakah anda pernah mendengar buah PROKODOK?”

“Belum!” jawab peserta seminar dengan kompak.

“Baik, saya ulangi sekali lagi, apakah kalian pernah mendengar  tentang buah prokodok?” lanjut Adi W. Gunawan bertanya.

“Belluuuuuum!!” Seru mereka lebih keras lagi.

“Coba dengar baik-baik. Saya akan ulangi untuk terakhir kali, “Apakah kalian semua yang ada di ruangan ini pernah mendengar buah Prokodok?” tegas Adi W. Gunawan.

“Beluuuuuuuuuuuuuum!!” teriak para peserta semakin kencang..

“Lho, bukankah saya sudah mengulangnya tiga kali tentang buah prokodok. Kalian semua kemana tadi?” tanya Adi W. Gunawan sambil menertawakan mereka semua.

Mendengar dan mendengarkan adalah dua hal yang berbeda. Mendengar bisa hanya sebatas masuk telinga kanan keluar telinga kiri, sedangkan mendengarkan tidak cukup hanya menggunakan telinga, tetapi membutuhkan fikiran dan hati untuk menyerap dan mencerna informasi yang disampaikan oleh orang laik kepada kita.

Kemampuan mendengarkan adalah salah satu syarat jika kita ingin menjadi seorang penjual yang berhasil. Proses adalah proses yang memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. menjual Dan, cara yang paling ampuh untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan  konsumen dengan mendengarkan apa yang sedang mereka sampaikan. Karenanya tidaklah mengherankan para penjual sejati  selalu memasang telinga dan membuka hati untuk menangkap peluang dari apa yang sedang menjadi pembicaraan orang.

GOLDEN WORD

“Berbicara menunjukan bahwa anda berbagi – mendengarkan menunjukan bahwa anda peduli.

-Parlindungan Marpaung-

*Diambil dari buku “Berani menertawakan diri sendiri” karya ‘Sulaiman Budiman’.